Ada enam masalah pertanian yang sudah lama dihadapi Indonesia dan belum terselesaikan dengan baik hingga saat ini. Dari enam masalah tersebut, tiga diantaranya adalah:
- Terdapat kesenjangan yang tinggi dalam pembagian keuntungan antara petani dan distributor. Di mana petani sering menjadi pihak yang paling dirugikan. Keuntungan yang diperoleh petani tidak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung.
- Masalah kedua adalah teknik budidaya yang tidak presisi. Tingkat kepresisian dalam teknik pertanian di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Banyak petani yang masih mengandalkan pengalaman atau intuisi mereka dalam bercocok tanam. Di antara penyebabnya adalah karena petani enggan mengakses ilmu pertanian. Padahal, saat ini sudah semakin banyak ilmu pertanian yang bisa dengan mudah diakses di berbagai platform seperti YouTube menggunakan smartphone.
- Masalah yang ketiga adalah keterbatasan modal yang kerap kali menghambat pengembangan usaha tani. Sulitnya mencari modal ini paling sering dialami oleh petani skala kecil.
Salah satu sektor pertanian di Indonesia yang menghadapi ketiga masalah tersebut adalah sektor pertanian kelapa.
Kelapa petani kerap dihargai dengan sangat murah oleh para tengkulak, seperti yang terjadi di provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Tembilahan. Di wilayah ini, tengkulak menghargai kelapa per kilogram hanya Rp 400 - Rp 1300.
Kemudian, para petani kelapa juga masih mengandalkan intuisi dan pengalaman saat membudidayakan kelapa. Akibatnya, banyak kelapa hasil panen yang berkualitas rendah. Rendahnya kualitas produk tersebut tentu saja berbanding lurus dengan harganya yang juga murah.
Begitu pula dengan modal yang dibutuhkan oleh para petani, umumnya sangat sulit diperoleh. Meskipun ada opsi untuk meminjam modal bertani dari bank atau koperasi, namun syarat dan jumlahnya yang terbatas, seringkali membuat petani lebih memilih untuk meminjam modal dari tengkulak meskipun bunganya lebih menjerat.
Bagi para petani, meminjam modal dari tengkulak adalah opsi terbaik. Karena tengkulak bisa menyediakan modal dalam jumlah besar dan bisa diperoleh dalam waktu yang lebih singkat.
Itulah berbagai permasalahan yang masih dialami oleh petani kelapa di berbagai wilayah di Indonesia. Melihat kondisi tersebut, Muhammad Aria Yusuf bersama timnya bergerak cepat untuk menciptakan perubahan melalui InacomID.
InacomID Didirikan untuk Menyejaterakan Petani Kelapa
InacomID adalah sebuah gagasan yang terbentuk dari keresahan akan praktik pembelian hasil panen kelapa dari petani yang kelewat murah oleh para tengkulak yang terjadi di daerah Indragiri Hilir, Riau.
Keresahan inilah yang membangkitkan semangat Muhammad Aria Yusuf dan tiga rekannya untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa di Indonesia.
Dengan latar pendidikan dan keahlian yang berbeda-beda, empat sekawan ini mencoba untuk menghubungkan para petani langsung ke pasar via teknologi modern (InacomID).
Dari pengalaman dan latar belakang pendidikan masing-masing pendiri InacomID yang terdiri atas, mantan pegawai Bea Cukai, pengusaha logistik, ahli teknologi informatika, dan distributor pertanian, membuat InacomID sangat efektif dalam membantu menyelesaikan masalah para petani kelapa.
Selain memanfaatkan InacomID untuk menghubungkan antara petani dan pemilik lahan serta usaha kecil mikro dengan pasar domestik maupun internasional, Muhammad Aria Yusuf dan rekan-rekannya juga berusaha memanfaatkan InacomID untuk memperkenalkan teknik budidaya yang presisi atau teknik pertanian modern kepada para petani.
Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi kelapa dan meningkatkan kualitas produksi. Karena selama ini para petani kelapa masih mengandalkan intuisi mereka dalam membudidayakan kelapa.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyak petani kelapa di Indonesia hanya mengandalkan naluri dan pengalaman adalah karena, banyak dari mereka yang tidak berasal dari kalangan terdidik, atau dengan kata lain tidak memiliki berlatar belakang pendidikan formal di bidang pertanian.
Karena itu, tidak mengherankan apabila mereka terkadang hanya menanam kelapa yang berasal dari benih tanpa sertifikat atau benih yang tidak berkualitas tinggi.
Begitu pula dengan perawatannya. Masih banyak petani kelapa yang tidak pernah memupuk kelapa yang mereka tanam. Kalaupun diberi pupuk, kadang-kadang dosisnya kurang tepat. Begitu juga dengan penanganan hama yang seringkali diabaikan. Sehingga, produk petani kelapa pun bernilai rendah.
Kelemahan petani kelapa di Indonesia yang lainnya adalah, kurangnya pengetahuan proses pasca panen. Sehingga, banyak kelapa-kelapa berkualitas tinggi yang dihargai murah layaknya harga kelapa berkualitas rendah.
Itulah beberapa alasan yang memaksa InacomID untuk terjun langsung ke lapangan guna memberikan edukasi pertanian modern kepada para petani kelapa. Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas produk dan membantu petani agar bisa menjual produk berkualitas dengan harga yang tinggi.
Kerja keras Muhammad Aria Yusuf dan rekan-rekannya melalui InacomID kini sudah mulai membuahkan hasil. Para petani sudah lebih paham mengenai proses pasca panen.
Melalui InacomID, mereka sudah bisa mengikuti lonjakan nilai komoditas sehingga bisa menjual hasil panen berkualitas dengan harga yang sepadan.
Tidak hanya mengalami peningkatan nilai pada komoditi yang berkualitas, harga kelapa para petani juga meningkat drastis, dari yang tadinya hanya ditawar dengan harga antara 400 hingga 1300 per kilogram menjadi 750 hingga 2100 per kilogram.
Dengan adanya peningkatan harga yang terjadi setelah adanya platform InacomID ini, maka ekonomi para petani kelapa pun ikut terkatrol.
Manfaat luar biasa yang dirasakan oleh para petani kelapa di wilayah Indragiri Hilir telah membuat petani kelapa di berbagai daerah lainnya tertarik untuk memanfaatkan InacomID.
Kini, InacomID tidak hanya dimanfaatkan oleh petani kelapa yang ada di Indragiri Hilir, tapi juga oleh petani kelapa di daerah-daerah lain seperti, Kabupaten Tembilahan, Tanjung Jabung Timur, Surabaya, Lampung Selatan, Donggal, hingga Buton Utara.
Muhammad Aria Yusuf Dapat Penghargaan dari Astra
Keberhasilan Muhammad Aria Yusuf dan rekan-rekannya dalam meningkatkan peluang bagi kesejahteraan petani kelapa di Indonesia telah membawa mereka pada penghargaan SATU Indonesia Awards yang diinisiasi oleh Astra International.
Award ini diberikan oleh Astra kepada Muhammad Aria Yusuf dan rekan-rekannya karena dianggap memiliki kontribusi bagi kemakmuran dan kesejahteraan petani kelapa melalui platform teknologi InacomID.
Referensi : https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
Comments